Bagaimana agar remaja dapat mengelola kecemasan/rasa stress/depresi?

Menekankan peran guru bk, melakukan normalisasi pembicaraan mengenai mental health melalui hal-hal yang sering dijumpai berupa forum dengan harapan remaja lebih terbuka baik terhadap teman ataupun guru bk.

B

Berlyan Aurin Tandrianto

DKI Jakarta
No online PDF viewer installed

Apa akar dari permasalahan ini? Mengapa remaja, khususnya di Indonesia rentan terkena gangguan depresi, kecemasan, atau stress? Apa saja faktor yang mempengaruhi daya tahan mental seseorang?

- Eksternal : Lingkungan (keluarga, tuntutan kepada remaja, kurangnya apresiasi terhadap termaja, namun remaja terus dituntut untuk mencapai stigma tertentu) khususnya di Indonesia masih banyak yg menyepelekan dan pemikirannya belum terbuka terhadap isu ini dan Indonesia masih kekurangan psikolog. - Internal : Keadaan personal remaja (mencari jati diri, belum dapat menerima diri apa adanya, memasuki masa dewasa / transisi sehingga cenderung labil, bertindak berdasarkan emosional bukan rasional).

Adakah hubungan antara kesehatan mental seseorang dengan bagaimana dia berinteraksi dengan masyarakat? Bagaimana kondisi mental mempengaruhi pembentukan paradigma seorang remaja yang kemudian melekat di dalam dirinya?

Relasi seseorang dengan dirinya sendiri, akan dicerminkan melalui hubungan seseorang terhadap orang lain juga. Jika kesehatan mental seseorang buruk, maka dapat menimbulkan trust issues, kecemasan berlebih saat berinteraksi dengan org lain, hilangnya kepercayaan diri, sulit untuk berpikir optimis. Kebanyakan remaja masih dalam masa pencarian jati diri, cenderung labil, sehingga pembentukan paradigma masih berdasarkan emosional daripada rasional.

Pilihlah salah satu peran figur ini: sekolah/praktisi/pemerintah. Program/inisiatif apa yang harus dibuat untuk membantu remaja mengatasi permasalahan tersebut? Pendekatan apa yang paling tepat sekaligus mengedukasi? Jelaskan mekanismenya secara rinci.

Sekolah, karena paling dekat dengan kehidupan remaja. - Edukasi : a) Mengadakan kegiatan seminar yang mengangkat pembicara ahli / psikolog mengenai pentingnya memperhatikan kesehatan mental b) Mematahkan stigma mengenai “keanehan” pembicaran menganai mental health dengan cara melakukan pendekatan dari hal-hal kecil (kata-kata yang memotivasi kesehatan mental di barang-barang yang digunakan dalam keseharian ; kemasan jajanan di kantin, papan tulis) c) Pelajaran BK (tidak masuk penilaian) Membuat program atau pembelajaran mental health, apa yang harus dilakukan diri sendiri untuk menyehatkan mental. Dengan adanya edukasi kesehatan mental di sekolah, anak- anak lebih akan familiar dengan topik ini dan bukan menjadi hal yang memalukan untuk dibicarakan. -Konsultasi : a) Lebih menekankan peran guru BK b) Konsultasi anon secara tertulis dengan cara menuliskan cerita atau hal yang menjadi beban pikiran tanpa menuliskan nama, kemudian dikumpul ke guru BK untuk dijawab oleh guru BK (journal). Realisasi edukasi dan konsultasi : “Self Healing Journey”. Program yang terdiri dari 1 puncak program (kegiatan diadakan tahunan) dan 3 sub program dengan tujuan building topik mental health untuk remaja agar remaja familiar dan merasa nyaman untuk berbicara dengan terus terang tentang mentalnya. Puncak program terdiri dari sharing session, seminar (dari psikolog professional), private counselling. 3 sub program terdiri dari, bonding teams yang berdasarkan hobby/ minat (sebelum puncak). Edukasi mental (rutin setiap minggu), dan pendekatan lewat hal kecil dengan kata- kata positif yang memotivasi dan setiap harinya berbeda (kemasan jajanan setiap hari bisa berganti).

Ide lainnya