Apa akar dari permasalahan ini? Identifikasikan masalah secara spesifik, mengapa banyak perempuan mengalami ketidakadilan sebagai kepala keluarga?
Masalah ini memiliki lebih dari satu akar penyebab. Disini kami akan fokus kepada dua akar peremasalahan yaitu budaya patriarki dan pendidikan. Awal dari permasalahan ini adalah budaya dan kultur patriarki. Dalam kultur patriarki ini, masyarakat lebih menganggap laki laki lebih memiliki kelebihan daripada perempuan. Masalah dari patriarki itu sendiri disebabkan oleh pola pikir, pola pikir eksternal dan internal. Pola pikir eksternal seperti peran orang tua dalam mengurangi dan menyadarkan anaknya untuk tidak meneruskan sikap patriarki dan konstruksi sosial masyarakat tentang laki-laki juga yang menjadi pengaruh besar dimana lingkungan yang tidak mendukung perempuan untuk melakukan hal lebih. Ditambah peran media dalam menilai substansi seorang perempuan yang kebanyakan hanya memberikan dan memberitakan hal buruk sehingga meningkatkan stigma buruk pada masyarakat. Kemudian adalah pendidikan dan pengetahuan yang kurang merata. Kurangnya pengetahuan tersebut mengakibatkan pemikiran yang menganggap perempuan tidak penting sekolah sehingga menyebabkan perempuan itu tidak mengetahui apa yang sedang terjadi pada dirinya dan bagaimana laki laki memperlakukan dia serta tidak adanya pengetahuan untuk bisa lepas dari yang negatif yang bisa berasal dari masa lalunya dengan laki-laki serta lingkungan yang tidak mendukung. Sehingga saat perempuan dihadapkan dengan situasi mendadak menjadi kepala Ibu rumah tangga tanpa cukup bekal pendidikan ataupun kemampuan akan sangat sulit untuknya.
Apa arti dari kata berdaya? Faktor apa secara internal (misal, motivasi seseorang) atau eksternal yang dibutuhkan sehingga seseorang dapat dikatakan sebagai orang yang berdaya?
Menurut kami, berdaya adalah ketika seseorang memiliki hak atas dirinya sendiri. Berdaya juga berarti lepas dari pola pikir yang mengikat mereka dari kultur patriarki dan konstruksi masyarakat itu sendiri yang mengikat (disini konteks nya kepala keluarga wanita). Jadi, jika dikategorikan ke dalam dua kategori, secara internal berarti mereka sudah bisa merasa mampu dan juga percaya kepada dirinya sendiri untuk melakukan apa yang ia mau lakukan, dan juga sudah mampu mengatasi dirinya sendiri dan masalahnya. Dan jika dilihat dari eksternal, adalah ketika memiliki akses yang sama dengan lapisan masyarakat lainnya (disini terutama laki-laki) untuk ikut terlibat dalam pembangunan ataupun dalam mendapatkan sumber daya pembangunannya, memiliki kontrol yang sama atas semua hal. Serta dukungan secara lingkungan yang positif.
Apa yang dapat pemerintah atau masyarakat lakukan untuk melawan budaya patriarki dan diskriminasi gender terhadap perempuan kepala keluarga? Pendekatan apa yang paling tepat untuk mengatasi masalah tersebut sekaligus mengedukasi?
Ada beberapa hal yang dapat pemerintah lakukan untuk melawan budaya patriarki dan diskriminasi gender terhadap perempuan kepala keluarga. Pertama, menegaskan hukum-hukum maupun program, dalam kesetaraan gender dan memastikan semua itu sampai kepada semua daerah. Meningkatkan transparansi program pemerintah dengan masyarakat juga sangat penting. Ditambah membuat kurikulum yang mengasah softskills, hardskills, dan kemampuan fundamental seperti membaca, menulis, dan berhitung agar semua perempuan dan laki-laki bisa mendapatkan pengembangan usaha mereka untuk taraf hidup yang lebih baik. Masyarakat sendiri harus proaktif dan inisiatif untuk memutus rantai patriarki dengan hal kecil seperti memposting tentang hal tersebut, diskusi maupun membela jika mengalami diskriminasi tersebut. Pastinya, pemerintah dan masyarakat harus berkolaborasi untuk melawan budaya patriarki dan diskriminasi gender. Pemanfaatan tokoh masyarakat juga dapat membantu mengedukasi isu ketidaksetaraan gender. Pendekatan secara kelompok menurut kami adalah pendekatan yang paling tepat.