Bagaimana meningkatkan kesetaraan dan memperkuat akses ekonomi rumah tangga dengan kepala keluarga perempuan?

Pemberdayaan Ibu kepala rumah tangga dan anaknya melalui advokasi, peer to peer support & education, dan penguatan kerjasama LSM dengan pemerintah.

P

Putik Sabiya

Jawa Barat
No online PDF viewer installed

Apa akar dari permasalahan ini? Identifikasikan masalah secara spesifik, mengapa banyak perempuan mengalami ketidakadilan sebagai kepala keluarga?

Masalah ini memiliki lebih dari satu akar penyebab. Disini kami akan fokus kepada dua akar peremasalahan yaitu budaya patriarki dan pendidikan. Awal dari permasalahan ini adalah budaya dan kultur patriarki. Dalam kultur patriarki ini, masyarakat lebih menganggap laki laki lebih memiliki kelebihan daripada perempuan. Masalah dari patriarki itu sendiri disebabkan oleh pola pikir, pola pikir eksternal dan internal. Pola pikir eksternal seperti peran orang tua dalam mengurangi dan menyadarkan anaknya untuk tidak meneruskan sikap patriarki dan konstruksi sosial masyarakat tentang laki-laki juga yang menjadi pengaruh besar dimana lingkungan yang tidak mendukung perempuan untuk melakukan hal lebih. Ditambah peran media dalam menilai substansi seorang perempuan yang kebanyakan hanya memberikan dan memberitakan hal buruk sehingga meningkatkan stigma buruk pada masyarakat. Kemudian adalah pendidikan dan pengetahuan yang kurang merata. Kurangnya pengetahuan tersebut mengakibatkan pemikiran yang menganggap perempuan tidak penting sekolah sehingga menyebabkan perempuan itu tidak mengetahui apa yang sedang terjadi pada dirinya dan bagaimana laki laki memperlakukan dia serta tidak adanya pengetahuan untuk bisa lepas dari yang negatif yang bisa berasal dari masa lalunya dengan laki-laki serta lingkungan yang tidak mendukung. Sehingga saat perempuan dihadapkan dengan situasi mendadak menjadi kepala Ibu rumah tangga tanpa cukup bekal pendidikan ataupun kemampuan akan sangat sulit untuknya.

Apa arti dari kata berdaya? Faktor apa secara internal (misal, motivasi seseorang) atau eksternal yang dibutuhkan sehingga seseorang dapat dikatakan sebagai orang yang berdaya?

Menurut kami, berdaya adalah ketika seseorang memiliki hak atas dirinya sendiri. Berdaya juga berarti lepas dari pola pikir yang mengikat mereka dari kultur patriarki dan konstruksi masyarakat itu sendiri yang mengikat (disini konteks nya kepala keluarga wanita). Jadi, jika dikategorikan ke dalam dua kategori, secara internal berarti mereka sudah bisa merasa mampu dan juga percaya kepada dirinya sendiri untuk melakukan apa yang ia mau lakukan, dan juga sudah mampu mengatasi dirinya sendiri dan masalahnya. Dan jika dilihat dari eksternal, adalah ketika memiliki akses yang sama dengan lapisan masyarakat lainnya (disini terutama laki-laki) untuk ikut terlibat dalam pembangunan ataupun dalam mendapatkan sumber daya pembangunannya, memiliki kontrol yang sama atas semua hal. Serta dukungan secara lingkungan yang positif.

Apa yang dapat pemerintah atau masyarakat lakukan untuk melawan budaya patriarki dan diskriminasi gender terhadap perempuan kepala keluarga? Pendekatan apa yang paling tepat untuk mengatasi masalah tersebut sekaligus mengedukasi?

Ada beberapa hal yang dapat pemerintah lakukan untuk melawan budaya patriarki dan diskriminasi gender terhadap perempuan kepala keluarga. Pertama, menegaskan hukum-hukum maupun program, dalam kesetaraan gender dan memastikan semua itu sampai kepada semua daerah. Meningkatkan transparansi program pemerintah dengan masyarakat juga sangat penting. Ditambah membuat kurikulum yang mengasah softskills, hardskills, dan kemampuan fundamental seperti membaca, menulis, dan berhitung agar semua perempuan dan laki-laki bisa mendapatkan pengembangan usaha mereka untuk taraf hidup yang lebih baik. Masyarakat sendiri harus proaktif dan inisiatif untuk memutus rantai patriarki dengan hal kecil seperti memposting tentang hal tersebut, diskusi maupun membela jika mengalami diskriminasi tersebut. Pastinya, pemerintah dan masyarakat harus berkolaborasi untuk melawan budaya patriarki dan diskriminasi gender. Pemanfaatan tokoh masyarakat juga dapat membantu mengedukasi isu ketidaksetaraan gender. Pendekatan secara kelompok menurut kami adalah pendekatan yang paling tepat.

Ide lainnya

Dengan cara memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa perempuan bukanlah makhluk yang lemah, perempuan bukannya babu bagi laki laki, perempuan memiliki hak umum yang sederajat dengan laki laki, perempuan merupakan makhluk yang berdaya, dan perempuan itu tidak bodoh. Laki laki dan perempuan itu setara, bukan berarti sama, tetapi sebanding. Dengan dilakukan pemahaman kepada masyarakat, sehingga masyarakat setuju untuk bersuara itulah yang membuat pemerintah mendengar, jadinya dapat diciptakan aturan resmi hak kebebasan setiap akses oleh kedua gender dalam pendidikan, sosial, politik, ekonomi, dan lain lain. Jika masyarakat masih saja denial tentang kesetaraan, buatlah argumen yang kuat, dan jangan lupa sisipkan kata kata what if it’s was you, tell them dampaknya, ur story, depresinya akibatnya, susah payahnya, buatlah mereka mengerti bagaiamana jika mereka diposisi kalian atau seperti perempuan yang didiskriminasikan, yang di kelilingi jiwa patriarkis, misoginis dan lainnya. Kita semua setara, buatlah mereka yang denial menjadi mencoba untuk think twice. Tunjukkanlah mereka contoh teladan yang baik, dan yang buruk. Mengapa perlu menunjukkan teladan yang buruk? agar masyarakat itu mengerti mana yang baik buruknya, jika ada berikan contoh dari kerabat terdekat mu, atau kerabatnya yang baik maupun buruk, buatlah mereka berpikir, bagaimana jika saya digituin? Kita para manusia itu tidak bisa request nasib kita, sudah coba ubah nasib kita tetapi jika eksternal nya mendiskriminasikan, ditreat seolah olah kita terbatas gamampu galayak dalam akses bidang pendidikan, sosial, politik, ekonomi, sama saja, tidak akan dipandang baik oleh masyarakat fixed minded. Kalian juga bisa dengan menciptakan lapangan pekerjaan baru, yang bisa diakses untuk kedua gender, berikan keadilan pada lapangan kerja baru yang kamu buat ini. Cobalah untuk memberikan kesempatan untuk menjadikan perempuan sebagai pemimpin, sebagai bentuk teladan, ternyata perempuan bisa menjadi teladan yang baik. Agar para masyarakat diluar sana semakin yakin bahwa, laki – laki dan perempuan itu setara. Banyak disini perempuan yang berpendidikan tinggi seperti dokter, pilot yang masih sempat mengurusi rumah, menyapu, mencuci, mengurusi anak suami. Bahkan bisa dibilang pekerjaan seorang wanita lebih berat, melelahkan, kita harus menghadapi fase peluruhan, fase hamil, kontraksi, melahirkan, dan lainnya, bisa bisanya pekerjaan seberat sehebat itu dianggap lemah. Intinya adalah kita bicarakan disini tidak hanya laki laki saja yang bisa bersifat patriarkis, misoginis atau bentuk dari diskriminasi pada perempuan lainnya, tetapi banyak perempuan diluar sana juga seperti itu, masi menganggap remeh kepada perempuan yang ingin berpendidikan tinggi, banyak yang bilang ngapain sih jadi dokter? Nanti juga paling kerjaannya ngelayanin suami saja itulah kata mereka. Jadi, Ciptakanlah relasi kelompok yang bisa membuat masyarakat kagum, ternyata banyak perempuan yang hebat, yang kuat, ubahlah pandangan masyarakat tentang kalian. Merendahkan bahwa perempuan yang menjadi kepala keluarga selalu miskin gaakan bisa maju, tetapi membatasi akses untuk pekerjaannya untuk ekonominya? Gimana mau expect untuk maju, kalau dalam pekerjaan saja sudah diberlakukan tidak adil, dianggap tidak layak?
Card image top
N
Naura R. Annisa DKI Jakarta
Program Manggala Puan (PAMAPU) merupakan program berbentuk penyuluhan secara langsung dan tidak langsung kepada masyarakat yang bertujuan untuk mengubah perspektif individu yang memiliki pola pikir bahwa perempuan tidak bisa memegang tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Perubahan pola pikir ini akan mematahkan stigma yang berakar di masyarakat, mendorong rasa empati, dan waspada pada kejadian di lingkungan serta membuka pertolongan kepada kepala keluarga perempuan untuk mensejahterakan keluarganya. Solusi berdasar pada pendorongan kepercayaan diri kepala keluarga perempuan dan meyakinkan masyarakat untuk merangkul satu sama lain serta tidak terbelenggu pada stigma. Target utama dari solusi ini adalah individu atau kelompok pada masyarakat yang masih memiliki pola pikir tradisional terhadap kepala keluarga perempuan. Selain itu para kepala keluarga perempuan juga ditargetkan untuk didorong menjadi lebih berdaya dalam menghadapi kondisinya. PAMAPU memanfaatkan pendekatan secara “mulut ke mulut” sebagai kelanjutan dari implementasi solusi terhadap masyarakat. Dibutuhkannya sumber daya manusia yang memadai dalam bidang penyampaian informasi, penarikan empati, dan interaktif terhadap sesama untuk penyuluhan secara langsung dengan tetap mengutamakan keadaan tempat dan setiap individu selama pandemi berlangsung. Sedangkan dalam penyuluhan tidak langsung, dibutuhkan pembicara yang kuat dalam mempengaruhi peserta, ahli teknologi dan peralatan yang memadai untuk mengadakan webinar nasional. Kendala yang akan dihadapi berupa penolakan dari masyarakat sendiri. Individu atau kelompok bersikeras terhadap pemikiran mereka mengenai kepala keluarga adalah seorang laki-laki dan sudah sepatutnya pemimpin diisi oleh laki-laki serta pandangan rendah terhadap kepala keluarga perempuan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Program Manggala Puan menerima pembelaan dan penyelaan sebagai evaluasi kedepannya dalam implementasi, penyampaian materi disusun secara bertahap dan menghindari materi berbobot berat dan tabu disampaikan pada awal sosialisasi, dan pemberian bukti yang lengkap diberikan secara menyeluruh, terutama bukti yang terjadi pada orang sekitar tempat sosialisasi diadakan. Langkah selanjutnya, PAMAPU dibagi menjadi tiga kegiatan utama yaitu DISKUSI, PELAKSANAAN, dan EVALUASI. DISKUSI terdiri dari Pengenalan dan Sosialisasi Program Manggala Puan (PAMAPU), PELAKSANAAN mencakup Penyuluhan Secara Langsung dan Penyuluhan Secara Tidak Langsung, dan EVALUASI yang fokus pada pembahasan hasil dan hal yang harus dilakukan kedepannya. Setiap kegiatan ditangani oleh sumber daya manusia yang memenuhi kriteria dan memiliki waktu pelaksanaan yang beragam. Kehadiran Program Manggala Puan (PAMAPU) bisa mengembangkan kinerja dan sosialisasi yang telah dilaksanakan oleh Yayasan Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) untuk mematahkan perspektif bahwa perempuan kurang mampu dalam menjadi kepala keluarga dan melepaskan kepala keluarga dari belenggu rantai kesulitan ekonomi.
Card image top
L
LENTERA