Apa akar dari permasalahan ini? Identifikasikan masalah secara spesifik, mengapa banyak perempuan mengalami ketidakadilan sebagai kepala keluarga?
Bagi kelompok kami, akar permasalahan ini adalah budaya patriarki dan mindset masyarakat Indonesia. Misalnya, masih banyak anggapan kalau perempuan tidak bisa mengepalai sebuah keluarga karena perempuan lebih lemah dari laki-laki, juga alasan lainnya. Nah, dari budaya patriarki dan minset muncullah yang namanya diskriminasi, ketidaksetaraan, kekerasan, sampai pelecehan. Padahal, mengutip dari omongan Najwa Shihab, yang membedakan perempuan dan pria hanyalah perempuan kodratnya menyusui dan melahirkan.
Apa arti dari kata berdaya? Faktor apa secara internal (misal, motivasi seseorang) atau eksternal yang dibutuhkan sehingga seseorang dapat dikatakan sebagai orang yang berdaya?
Menurut kami, arti dari berdaya sendiri adalah dapat berdiri sendiri, mampu memecahkan masalah dan memiliki kemandirian. faktor internal yang dibutuhkan agar seseorang dapat dikatakan berdaya adalah motivasi dalam dirinya sendiri untuk terus mengembangkan diri. Untuk faktor eksternal, menurut kami bisa melalui peran pemerintah, seperti yang kita tahu untuk kasus kepala keluarga perempuan, pemerintah memang suka menyalurkan bantuan, tetapi bentuknya adalah Bantuan Langsung Tunai atau BLT, hal ini menimbulkan ketergantungan dan menurut kami ini bukanlah solusi efektif. Saran dari kami pemerintah seharusnya bisa memberikan solusi efektif dan jangka panjang seperti pelatihan atau workshop agar para kepala keluarga perempuan berdaya dan memiliki kemandirian.
Apa yang dapat pemerintah atau masyarakat lakukan untuk melawan budaya patriarki dan diskriminasi gender terhadap perempuan kepala keluarga? Pendekatan apa yang paling tepat untuk mengatasi masalah tersebut sekaligus mengedukasi?
Dengan memberhentikan pemberian bantuan khusus ( dana, harga bahan baku lebih murah, dsb) kepada kepala rumah tangga wanita, dengan begitu bisa menghindari mindset masyarakat untuk selalu mengasihani wanita dan mulai mengurangi diskriminasi yang dialami wanita kepala rumah tangga dalam impresi lemah dan selalu butuh bantuan. melakukan pendekatan lebih kepada organisasi-organisasi yang membantu pemberdayaan khusus orang-orang daerah atau pemberdayaan wanita. Setiap kepala daerah mengadakan kunjungan sosialisasi rutin (sebulan sekali atau lebih sering) ke setiap untuk melihat perkembangan warga daerahnya. Pembantuan dana hanya dilakukan untuk wanita yang benar-benar tidak punya tempat tinggal dan terlantar, serta untuk yang sedang mengalami penyakit /kecelakaan parah. Ini semua demi memberhentikan adanya stigma orang daerah yang selalu mau bantuan dana dalam memulai bisnis.