Indonesia adalah negara pecinta sepak bola terbesar di dunia. Sayangnya, ini gak berbanding lurus dengan kemajuan industrinya.
Kelangkaan stok pemain muda berkualitas
Perkembangan sepak bola di kalangan anak muda Indonesia masih sporadis. Misalnya, tidak semua klub Liga Indonesia punya akademi yang bisa mendidik dan menunjang pemain muda. Kalaupun ada, kompetisi buat pemain muda ini tidak diselenggarakan secara rutin. Akibatnya, sulit menciptakan generasi pemain baru bagi tim selanjutnya.
Sistem yang ada saat ini belum berjenjang. Anak-anak yang ingin berkarir di dunia sepak bola biasanya memulai dari Sekolah Sepak Bola (SSB) yang biasanya tidak terintegrasi dengan klub. Tim nasional U-18 ke bawah baru mendapat pemain baru apabila dilakukan pencarian/scouting yang dilakukan secara musiman dan tidak terstruktur. Jadi, ada kemungkinan banyak pemain bertalenta yang ada di grassroot namun tidak bisa ditemukan.
Jenjang akademi yang belum berkelanjutan
Berkaca dari negara yang lebih mapan industri sepak bolanya, anak-anak usia 6 tahun udah masuk akademi atau sekolah sepak bola. Mereka dilatih dan diikutkan berbagai kompetisi secara rutin. Alhasil, pemain muda yang berbakat bisa dengan mudah ditemukan dan kemudian diseriusin menjadi pemain profesional.
Sedangkan di Indonesia, akademinya masih bersifat sebagai aktivitas hobi. Anak-anak dileskan oleh orang tuanya dan ikut kompetisi sesekali jika ada. Dampaknya, ketika ada kompetisi skala nasional, tim nasional baru dibentuk dadakan tanpa ada stok pemain muda yang memang sudah ditemukan dan dibina hingga siap bertanding dan mencetak prestasi.
Jadi, gimana caranya biar Indonesia bisa berlaga di Piala Dunia?
Dalam memikirkan idemu, jangan lupa mempertimbangkan beberapa hal yah:
-
Pastikan ada sisi yang inovatif dari idemu, atau berbeda dari praktek yang sudah ada sekarang;
-
Idemu harus relevan ya dengan permasalahan yang ditanyakan;
-
Idemu Idemu mempetimbangkan pemangku kepentingan yang terlibat.
Klik tombol "Sumbang Ide" dan bagikan idemu di situ yah!
