Ide untuk Indonesia

Pemerintah bisa mengadakan sekolah dan beasiswa untuk remaja laki-laki maupun perempuan yang bercita-cita menjadi atlet dan juga kurikulum sekolah harus diubah, karena sekolah sendiri masih menganggap remeh olahraga.

M

Maureen Marciano Tin

Banten

Permasalahan apa yang kamu lihat?

Saya melihat bahwa profesi sebagai atlet masih diremehkan di Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari berbagai aspek. Menurut saya, pemerintah dan juga masyarakat Indonesia sendiri masih kurang mengapresiasi atlet tanah air sendiri, dan cenderung menyaksikan atlet luar negeri saja. Kemudian, fasilitas olahraga di sekolah maupun di tempat lain masih terlalu minim dan tidak mendukung, sehingga membuat orang yang ingin mengasah kemampuannya menjadi susah. Akibatnya, keluarga sendiri pun menjadi tidak mendukung apabila anaknya mau menjadi atlet di masa depan. Sekolah sendiri pun juga masih meremehkan. Bisa dilihat dari kurikulumnya bahwa sekolah menekan murid untuk mendapatkan nilai yang baik di pelajaran akademik seperti sains, matematika, sosial, dsb. Namun, jika ada murid yang berbakat di olahraga tetapi tidak begitu baik di pelajaran akademik, maka sekolah tidak akan melihat bakat muridnya sama sekali.

Bagaimana ide kamu untuk menyelesaikan permasalahan tersebut?

Ide saya adalah pemerintah harus memberikan dukungan secara moral maupun materi. Salah satu ide saya adalah pemerintah mengadakan sekolah dan juga program beasiswa untuk para remaja laki-laki atau pun perempuan yang bercita-cita menjadi atlet. Dengan mengadakan sekolah khusus calon atlet, maka akses atau persiapan menjadi atlet bisa semakin mudah dicapai oleh remaja Indonesia. Kedua, pemerintah bisa mengadakan program beasiswa untuk sekolah atlet, dan diutamakan untuk mereka yang memiliki masalah finansial. Dengan program ini, remaja di Indonesia bisa lebih termotivasi. Ingat, akses ini diberikan bukan hanya untuk laki-laki saja, tetapi juga sama untuk perempuan. Bahkan kalau menurut saya, pemerintah harus mengadakan program pendidikan calon atlet yang lebih banyak dan mendukung untuk perempuan, karena masih sedikit perempuan yang berminat menjadi atlet. Dengan solusi tersebut, perempuan Indonesia bisa lebih termotivasi juga. Saya juga berpikir bahwa sekolah bisa mengganti kurikulumnya, supaya bakat murid yang ada di pelajaran non-akademik, seperti olahraga, bisa dilihat juga, sehingga bakat tersebut bisa diasah. Dengan demikian, murid yang memiliki bakat di bidang olahraga akan merasa didukung dan memiliki potensi untuk menjadi seorang atlet di masa depan, karena mereka merasa didukung.

Ide lainnya