Ide untuk Indonesia

Untuk mengajarkan sikap toleran, dan mengasah berfikir kritis pada anak, menurut saya dapat dimulai melalui lingkungan rumah dan sekolah. Karena dua hal itu sangat dekat dengan anak. Sebagai orang dewasa yang berada dekat dengan anak berikanlah contoh yang baik dalam berperilaku dan berbicara kepada anak, contoh: berikan jawaban yang bijak atau tidak menjelekkan satu pihak ketika ditanya oleh anak mengenai suatu perbedaan. Biarkan anak bereksplorasi dengan lingkungannya untuk menstimulasi rasa ingin tahu dan berfikir kritis pada anak. Sebagai guru pahami budaya pada diri sendiri lalu belajarlah untuk memahami budaya atau latar belakang masing-masing murid, agar dapat berperilaku sebagaimana mestinya dan tidak membeda-bedakan murid karena hal itu dapat ditiru oleh anak. Lakukan penanaman sikap toleran dan pengasahan berfikir kritis sejak usia dini, karena usia 0-6 tahun merupakan masa keemasan bagi anak, ia cepat menyerap apapun sehingga penanaman positif yang ia dapat sejak dini, dapat menjadi pondasi untuk dirinya sendiri di masa depan.

Y

Yaniar Yumna Anggraeni

Banten

Permasalahan apa yang kamu lihat?

Zaman sudah berkembang, teknologi sudah semakin pesat. Anak-anakpun sudah lihai dalam menggunakan teknologi termasuk sosial media. Tetapi hal itu tidak diiringi dengan kemampuan anak dalam berfikir kritis untuk memilah mana hal yang benar dan dapat ditiru dan mana yang salah. Hal ini dibuktikan dengan masih tingginya tingkat penyebaran berita hoax di Indonesia. Serta minimnya rasa toleransi antar teman sehingga sering terjadi kasus bullying di sekolah.

Bagaimana ide kamu untuk menyelesaikan permasalahan tersebut?

Saat di rumah, biarkan anak bermain atau bersosialisasi dengan warga sekitar rumahnya, bacakan cerita atau perlihatkan video mengenai keragaman lalu berilah penguatan atau arahan dalam hal penanaman sikap toleran. Berikan pertanyaan kepada anak terhadap cerita atau video tersebut, setuju atau tidakkah dengan keputusan atau langkah yang diambil oleh tokoh cerita, biarkan ia berfikir dan belajar mengajukan pendapatnya. Di sekolah, guru dapat memfasilitasi anak untuk memperkenalkan budaya dari masing-masing individu sang anak dengan cara meminta anak untuk menceritakan apa saja makanan atau barang khas dari daerahnya. Hal ini dapat dilakukan setelah anak liburan pulang dari daerahnya masing-masing. Guru dapat mengajak anak untuk duduk melingkar dan meminta anak secara bergantian menceritakan apa benda atau makanan yang ia bawa, jika ada temannya yang ingin mencoba atau memakainya diperbolehkan sebagai bentuk menghargai perbedaan, mengapresiasi dan mencoba merasakan apa yang temannya miliki. Dengan cara ini guru telah membantu siswa untuk menjelaskan identitas budaya dan ras mereka, menghormati budaya dan ras lain serta menghindarkan terbentuknya prasangka atau stereotip rasisme kepada teman-temannya yang lain. Pemerintah dapat memberikan pelatihan kepada guru dan orang tua baik secara luring atau daring mengenai pentingnya penanaman sikap bertoleransi dan berfikir kritis pada anak sejak usia dini. Platform sosial media/ televisi juga dapat menampilkan iklan animasi/kartun series mengenai ajakan sikap bertoleransi dan berfikir kritis pada anak. Semua pihak harus bekerja sama dalam hal ini, karena dengan bersama kita bisa dan akan memakan waktu yang lebih cepat. Aku percaya kita bisa lakukan ini, demi generasi penerus yang lebih bermartabat dan mewujudkan Indonesia yang damai.

Ide lainnya